Part 4
Aul menyeka air matanya. Ia
mengangkat kepalanya dan mencoba untuk menjelaskan semuanya lebih spesifik lagi
kepada Gessa dan Reyhan. Baru saja Aul membuka mulut, tiba-tiba.. “Ul..
jangan.. Revy udah sembuh ko.”, suara Revy terdengar sangat lemah. Guru-guru
dan anak PMR yang ada disitu menyuruh Revy untuk tidak memaksakan berbicara.
Reyhan langsung menghampiri Revy. Diusapnya wajah sang kekasih dengan sangat
lembut dan tak terasa ia meneteskan air matanya tepat di pipi Revy. “Reyhan
kenapa? Jangan sedih.. Revy udah sembuh ko!”, ucap Revy sambil menatap Reyhan
dengan matanya yang sangat sayu.
“Ul, kasih tau gue yang
sebenarnya.”, tanya Gessa dengan tatapan yang sangat dalam. Aul menghela napas
dan berbisik ditelinga Gessa, “Kanker paru-paru, ges.”. Gessa tersentak. Ia tak
menyangka Revy –teman sekelasnya- dan juga adik sahabat karibnya mengidap
penyakit yang sangat mematikan. Tak terasa
air mata mengalir deras di pipi Gessa. Dia tak mampu berbicara apapun.
“Kenapa lu ikutan nangis, ges?”, tatap Aul. Gessa menutup mulutnya dengan kedua
tangannya. Ia tak bisa menghentikan derai air mata yang membasahi pipinya.
Tak menunggu lama, Aul
langsung mendekap Gessa dan membenamkan kepala Gessa di bahunya. Lagi, Aul
meneteskan air matanya. Ia mengusap lembut kepala sahabat karibnya itu. Mereka
tenggelam dalam kekhawatiran yang perlahan menggerogoti senyum indah mereka
tiap harinya. Gessa pun melepaskan dekapan Aul. Ia menatap mata Aul dengan
matanya yang berkaca-kaca dan penuh kesenduan. “Kenapa elo ga pernah cerita
tentang semua ini ke gue, ul? Gue sahabat elo dari pertama kita sekolah disini.
Gue selalu cerita apapun yang gue rasain, gue lakuin, gue lewatin, gue suka,
gue benci. Ga jarang kita ketawa bareng, nangis bareng, sengsara bareng. Apa
itu semua belom cukup buat jadi orang yang paling elo percaya, ul? Gue udah
nganggep elo lebih dari kakak kandung gue, bahkan sampe sekarang gue belom
punya cowo, karena gue ngerasa ga perlu. Gue udah punya elo, ul! Sahabat gue!”,
Gessa menurunkan nada bicaranya. Air matanya memaksa ia untuk tertunduk dan
menyeka air matanya yang membanjiri hingga ke seragam yang dikenakannya. Isak
tangisnya semakin keras hingga membuat seisi ruangan meliriknya.
Ketika menyadari hal itu,
Gessa pamit keluar ruangan. Ia berlari menuju teras dibawah pohon teduh didepan
masjid sekolah. ia menumpahkan seluruh perasaannya dalam tangis pada saat itu.
Disekitarnya sudah sepi karna sejak 15 menit yang lalu bel masuk sudah
berbunyi. Tak lama, Aul sudah berdiri jarak satu meter didepan Gessa. Ia meminta
maaf kepada Gessa karena sudah menutupi hal ini padanya sambil memperhatikan
Gessa yang sibuk menghapus air matanya. Gessa hanya mengganggukkan kepalanya.
Aul duduk disebelah Gessa, lalu ia menghela napas sambil berkata, “Barusan Vivi
sms gue.. dia minta putus.”. Seketika Gessa tertegun. Ia langsung menatap Aul
dengan penuh pertanyaan. “Ngebacot apaan lagi si Izzi?”
Nabil Farizzi. Playboy cap
kapak paling terkenal disekolah ini. Dia juga terkenal sering merusak hubungan
orang lain. Parasnya yang diatas standar, gayanya yang cool dan identitasnya sebagai salah satu anak pejabat sering
mengelabui kaum wanita. Namun bagi yang sudah mengenal seluk-beluknya, iuuuh! Ga banget deh sama dia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar