Re_Vy
Part 1
“Gessaaa!”, teriakan itu
memecah hayal indah Gessa di bawah pohon rindang depan masjid sekolahnya
tercinta dan hentakan kaki serta senyum yang sangat manis mebuat Gessa terpaku
sesaat. “duuuh! Ngagetin aje lu ul!”, ucap Gessa sinis sambil memalingkan
pandangannya ke arah lain. “ye maap! Galak amat si mpok!”, ujar Aul sambil
merebahkan tubuhnya yang mudah terbawa angin itu tepat di samping Gessa. “Ge..
jangan marah ama gue dong, tadi kan gue cuma bercanda. Masa gitu doang lu marah
si!”.
Mahesa Raul Irbi. Remaja
tampan asli betawi yang akrab dipanggil Aul. Bulu matanya yang lentik, warna
kulitnya yang bersinar, tingginya yang semampai, rambutnya yang semi keriting
serta bibirnya yang sangat merah menyala tak jarang membuatnya menjadi pusat
perhatian dan topik pembicaraan murid lain disekolah, para siswi khususnya.
Kekhasannya ketika berbicara dengan logat betawi yang sangat unik dan lucu tak
jarang membuat Gessa terkekeh. Secara tidak langsung Gessa pun meniru
kekhasannya ketika berbicara. Maklum, mereka sudah dua tahun berada dalam satu
kelas yang sama, dan sekarang adalah
tahun ketiga mereka dalam satu kelas yang sama. Otomatis mereka sangat
akrab dan mengenal dekat satu sama lain. Bosan. Namun sepertinya kata itu hanya
sebagai kedok Gessa saja didepan Aul, untuk menutupi bahwa dia sangat gembira
selalu sekelas dengan salah satu orang yang tenar disekolah. Kan jadi ikut
tenar gitu! Haha.
Tentu saja bukan itu alasan
utama Gessa menjadi sahabat karib Aul. Aul adalah sosok lelaki yang sangat
sulit untuk ditemukan. Apalagi di daerah kota seperti ini. Bukan hanya parasnya
yang tampan, namun hati dan pikirannya pun begitu. Bukan hanya itu, dia juga lelaki
yang cerdas dan rajin. Bahkan dia selalu berangkat setelah shubuh, dan jam 6
pagi sudah sampai di sekolah. Wah.. wah.. bangun jam berapa dia ya? Karena
tempat tinggalnya yang sangat jauh, jadi dia harus menempuh 1 jam perjalanan
untuk sampai ke sekolah. Tapi tetap saja dia selalu menjadi orang pertama yang
ada dikelas. Gessa saja yang rumahnya hanya beberapa langkah dari sekolah tak
pernah sampai disekolah sepagi itu.
“Woy! Jangan ngelamun dong
cantik..”, rayu Aul sambil membangunkan tubuhnya dan menatap Gessa dengan
senyuman yang selalu membuat jantung Gessa seperti berhenti berdetak. Belum
sempat Gessa mengucapkan apapun, Aul langsung berdiri dan menarik tangan Gessa
hingga Gessa ikut berdiri. “Gue tau lu lagi laper! Ayo ah!”, ucap Aul dengan
penuh keyakinan sambil menarik tangan Gessa dan berjalan tanpa melepas
genggamannya. Ketika Gessa dan Aul melewati lapangan bola basket, orang-orang
yang ada disekitar mereka langsung memandang mereka tanpa satu kedipan pun.
Siswa-siswi lain seperti menyaksikan sebuah drama Romeo dan Juliet. Aul
menyikapi hal itu dengan cuek dan tetap berjalan dengan menggenggam tangan
Gessa ke kantin. Dengan langkah yang tertatih-tatih dan perasaan yang sangat
malu Gessa terpaksa mengikutinya ke tempat yang Aul mau.
Sebenarnya, Aul sudah punya
kekasih yang bernama Vivi. Walaupun berbeda sekolah, tetapi tempat tinggal
mereka berdekatan. Hampir setiap hari Aul menceritakan tentang Vivi kepada
Gessa. Gessa pun mendengarkannya dengan baik, walau terkadang ia cemburu atas
kemesraan Aul dengan pacarnya itu. Namun Aul adalah lelaki yang bijak. Ia tak
pernah menomerduakan sahabat setelah kekasih. Aul selalu menganggap keduanya
penting dan sangat ia butuhkan.
Sesampainya dikantin, Aul
langsung menyiapkan kursi dan mempersilakan sahabat spesialnya itu untuk duduk.
Setelah Gessa duduk, dia langsung memesan dua empal gentong -makanan kesukaan
Gessa- dan membawanya ke meja tempat mereka makan. Tak lupa ia menaruh sendok
dan garpu dimangkuk empal gentong Gessa dan seperti yang biasa perempuan itu
lakukan sebelum memakan makanan kesukaannya, ia menambahkan bumbu di makanan
kesukaan sahabatnya itu. Gessa hanya terdiam dan tak tahu harus berkata apa
melihat perlakuan Aul padanya. Gessa merasa telah diperlakukan seperti ratu
oleh Aul. “Udah jangan bengong mulu! Kasihan itu perut!”, ucap Aul sambil
meratakan dan mengaduk makanannya. Perlahan Gessa melahap makanannya dan
menghabiskannya. Setelah selesai makan, mereka pun kembali ke kelas sebelum bel
selesai istirahat berbunyi, karena pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Jepang.
Tak ada toleransi untuk yang telat datang ke kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar