Rabu, 03 Juli 2013

Cerpen Re_vy



Re_Vy
Part 1
“Gessaaa!”, teriakan itu memecah hayal indah Gessa di bawah pohon rindang depan masjid sekolahnya tercinta dan hentakan kaki serta senyum yang sangat manis mebuat Gessa terpaku sesaat. “duuuh! Ngagetin aje lu ul!”, ucap Gessa sinis sambil memalingkan pandangannya ke arah lain. “ye maap! Galak amat si mpok!”, ujar Aul sambil merebahkan tubuhnya yang mudah terbawa angin itu tepat di samping Gessa. “Ge.. jangan marah ama gue dong, tadi kan gue cuma bercanda. Masa gitu doang lu marah si!”.
Mahesa Raul Irbi. Remaja tampan asli betawi yang akrab dipanggil Aul. Bulu matanya yang lentik, warna kulitnya yang bersinar, tingginya yang semampai, rambutnya yang semi keriting serta bibirnya yang sangat merah menyala tak jarang membuatnya menjadi pusat perhatian dan topik pembicaraan murid lain disekolah, para siswi khususnya. Kekhasannya ketika berbicara dengan logat betawi yang sangat unik dan lucu tak jarang membuat Gessa terkekeh. Secara tidak langsung Gessa pun meniru kekhasannya ketika berbicara. Maklum, mereka sudah dua tahun berada dalam satu kelas yang sama, dan sekarang adalah  tahun ketiga mereka dalam satu kelas yang sama. Otomatis mereka sangat akrab dan mengenal dekat satu sama lain. Bosan. Namun sepertinya kata itu hanya sebagai kedok Gessa saja didepan Aul, untuk menutupi bahwa dia sangat gembira selalu sekelas dengan salah satu orang yang tenar disekolah. Kan jadi ikut tenar gitu! Haha.
Tentu saja bukan itu alasan utama Gessa menjadi sahabat karib Aul. Aul adalah sosok lelaki yang sangat sulit untuk ditemukan. Apalagi di daerah kota seperti ini. Bukan hanya parasnya yang tampan, namun hati dan pikirannya pun begitu. Bukan hanya itu, dia juga lelaki yang cerdas dan rajin. Bahkan dia selalu berangkat setelah shubuh, dan jam 6 pagi sudah sampai di sekolah. Wah.. wah.. bangun jam berapa dia ya? Karena tempat tinggalnya yang sangat jauh, jadi dia harus menempuh 1 jam perjalanan untuk sampai ke sekolah. Tapi tetap saja dia selalu menjadi orang pertama yang ada dikelas. Gessa saja yang rumahnya hanya beberapa langkah dari sekolah tak pernah sampai disekolah sepagi itu.
“Woy! Jangan ngelamun dong cantik..”, rayu Aul sambil membangunkan tubuhnya dan menatap Gessa dengan senyuman yang selalu membuat jantung Gessa seperti berhenti berdetak. Belum sempat Gessa mengucapkan apapun, Aul langsung berdiri dan menarik tangan Gessa hingga Gessa ikut berdiri. “Gue tau lu lagi laper! Ayo ah!”, ucap Aul dengan penuh keyakinan sambil menarik tangan Gessa dan berjalan tanpa melepas genggamannya. Ketika Gessa dan Aul melewati lapangan bola basket, orang-orang yang ada disekitar mereka langsung memandang mereka tanpa satu kedipan pun. Siswa-siswi lain seperti menyaksikan sebuah drama Romeo dan Juliet. Aul menyikapi hal itu dengan cuek dan tetap berjalan dengan menggenggam tangan Gessa ke kantin. Dengan langkah yang tertatih-tatih dan perasaan yang sangat malu Gessa terpaksa mengikutinya ke tempat yang Aul mau.
Sebenarnya, Aul sudah punya kekasih yang bernama Vivi. Walaupun berbeda sekolah, tetapi tempat tinggal mereka berdekatan. Hampir setiap hari Aul menceritakan tentang Vivi kepada Gessa. Gessa pun mendengarkannya dengan baik, walau terkadang ia cemburu atas kemesraan Aul dengan pacarnya itu. Namun Aul adalah lelaki yang bijak. Ia tak pernah menomerduakan sahabat setelah kekasih. Aul selalu menganggap keduanya penting dan sangat ia butuhkan.
Sesampainya dikantin, Aul langsung menyiapkan kursi dan mempersilakan sahabat spesialnya itu untuk duduk. Setelah Gessa duduk, dia langsung memesan dua empal gentong -makanan kesukaan Gessa- dan membawanya ke meja tempat mereka makan. Tak lupa ia menaruh sendok dan garpu dimangkuk empal gentong Gessa dan seperti yang biasa perempuan itu lakukan sebelum memakan makanan kesukaannya, ia menambahkan bumbu di makanan kesukaan sahabatnya itu. Gessa hanya terdiam dan tak tahu harus berkata apa melihat perlakuan Aul padanya. Gessa merasa telah diperlakukan seperti ratu oleh Aul. “Udah jangan bengong mulu! Kasihan itu perut!”, ucap Aul sambil meratakan dan mengaduk makanannya. Perlahan Gessa melahap makanannya dan menghabiskannya. Setelah selesai makan, mereka pun kembali ke kelas sebelum bel selesai istirahat berbunyi, karena pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Jepang. Tak ada toleransi untuk yang telat datang ke kelas.
5 Gudang Ilmu: Cerpen Re_vy Re_Vy Part 1 “Gessaaa!”, teriakan itu memecah hayal indah Gessa di bawah pohon rindang depan masjid sekolahnya tercinta dan hentak...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

< >