Part 5
“Jadi korban gue. Haha.
Paling dia cerita ke Vivi tentang kedeketan gue sama Revy. Dan pastinya tu
cerita dikasih bumbu, diaduk-aduk sampe begini deh akhirnya!”, keluh Aul sambil
memaksakan tersenyum. Gessa menatap sahabatnya itu sambil mengusap lembut
punggung Aul. Aul tertunduk lesu. Begitu banyak beban yang ia rasakan saat ini.
Seperti jutaan tombak yang menghujani hatinya. Dia harus bisa melepaskan tombak
itu satu persatu sebelum rasa sakitnya menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.
Tapi bagaimana caranya? Aul memejamkan
matanya dan memikirkan semua itu.
“Terus lo ga nyoba buat
jelasin semuanya ke Vivi?”, “Percuma kalo udeh kaga percaya. Lagi juga kalo
udeh dihasut sama tu cowo mah susah. Ngasih kesempatan ke gue buat ngomong aja
kaga! Sekarang cuma ada satu Revy dihidup gue. Revy sahabat gue.”, ucap Aul.
Gessa tersenyum bangga pada Aul. Ia bangga pada sahabatnya yang tak pernah menyesali sesuatu
berlarut-larut.
“Ul.. Ges..”, suara Reyhan
membuat Aul dan Gessa mengalihkan pandangannya. Reyhan menghampiri Gessa dan
Aul. Ia meminta maaf atas kesalahpahamannya selama ini kepada Aul. Ia juga
mengatakan bahwa Revy sudah menceritakan semuanya kepada dirinya dan kedua
orang tuanya. Dan besok ia akan langsung dibawa ke Singapura untuk dioperasi.
Reyhan meminta doa kepada Gessa dan Aul untuk keselamatan dan kesembuhan
kekasihnya. “Makasih juga ya, ul. Selama ini kamu udah jaga Revy dan bikin dia
tertawa. Makasih juga ya, ges.”, ucap Reyhan. Aul dan Gessa mendoakan yang
terbaik untuk sahabat mereka. Reyhan pun pamit pergi untuk membantu mengurus
keberangkatan Revy ke Singapura.
***
“Sekarang mba Revy udah sembuh, de. Dia udah terbebas
dari penyakit yang sama dengan kamu. Kakak yakin, kamu juga pasti bisa sembuh
kaya mba Revy. Kamu pasti bisa..”, ucap Ka Aul sambil mengusap lembut kepalaku.
Aku hanya bisa tersenyum sambil meneteskan air mataku. Sesekali ia menghapus
air mataku dengan sapu tangan miliknya.
Tak terasa air matanya pun membasahi paras
tampannya. Tangan kanannya menggenggam tanganku sangat erat. Aku berusaha untuk
terus tersenyum agar membuatnya tersenyum juga. Aku tak mau melihatnya terus
menangis, aku sangat sayang dengannya. Namun hal itu malah membuat tangisnya
semakin keras. Ia mencium keningku. Aku terpejam. Dan ternyata aku tak mampu
membuka mataku lagi. Selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar